RAMBU SOLO TANA TORAJA



RAMBU SOLO


Rambu Solo adalah upacara pemakaman yang berada di Tana Toraja. Upacara ini merupakan adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun-temurun ini mewajibkan keluarga yang ditinggal mati membuat pesta besar sebagai penghormatan terakhir kepada mendiang yang telah pergi.
Rambu Solo juga merupakan upacara yang meriah karena dilangsungkan selama berhari-hari. Waktu pelaksanaan Rambu Solo adalah siang hari, yaitu saat matahari condong ke barat dan biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari, bahkan dua minggu bagi kalangan bangsawan.
Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruhprosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebuthanya dianggap sebagai orang sakit atau lemah, sehingga ia tetap diperlakukanseperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberihidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.

Budaya merupakan hasil adaptasi manusia dengan alam dalam usahanya mempertahankan diri. Kebudayaan yang merupakan hasil perwujudan dari ide maupun gagasan ini kemudian dituangkan dalam sebuah aktivitas sosial yang kemudian diriwayatkan dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang dan diteruskan untuk generasi di masa depan.
Kebudayaan ini menurut J.J. Hoenigman memiliki wujud 3 jenis yaitu:
  1. Gagasan (mentifact). Wujud budaya dalam dimensi berupa gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan yang tidak dapat diraba ataupun disentuh. Budaya ini hanya ada dikepala masing-masing anggota masyarakat.
  2. Aktivitas (Sociofact). Wujud budaya ini nampak pada kegiatan yang berpola di dalam sebuah masyarakat, atau lebih dikenal dengan sistem sosial yang dapat berupa adat atau tata kelakuan yang ada dalam sebuah kelompok.
  3. Artefak atau benda. Wujud budaya ini merupakan benda fisik yang dapat disentuh dan merupakan buah dari gagasan dan aktivitas sosial yang dilakukan di dalam masyarakat.
Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda, namun unsur-unsur yang melekat di dalam kebudayaan ini memiliki persamaan yang bersifat universal. Unsur kebudayaan yang bersifat universal:
  1. Kesenian
  2. Sistem Teknologi dan peralatan
  3. Sistem organisasi masyarakat
  4. Bahasa
  5. Sistem mata pencarian hidup dan sistem ekonomi
  6. Sistem pengetahuan
  7. Sistem religi
Upacara Kematian dapat digolongkan dalam sistem religi atau kepercayaan. Dimana di dalam masyarakat tertentu Kematian memiliki tempat yang khusus di dalam kepercayaan mereka. Kematian merupakan siklus kehidupan yang berperan besar dalam kehidupan seseorang. Kepercayaan akan adanya kehidupan setelah Kematian, di mana roh yang berpisah dari jasad manusia akan hidup di sekitar mereka dan mempengaruhi kehidupan mereka.
Dalam masyarakat Dayak yang berada di luar Kalsel, upacara Kematian merupakan sebuah ritual keagamaan yang diselenggarakan dengan besar-besaran di dalam masyarakat. Berbeda dengan suku Dayak yang ada di Kalsel di mana justru upacara syukur atas panen yang melimpah justru menjadi ritual yang diselenggarakan dengan besar-besaran seperti Pesta Panen atau Aruh Ganal. Hal serupa juga terjadi di Sulawesi Utara di mana Upacara Kematian mendapatkan porsi yang besar di dalam masyarakat Toraja.
Upacara Kematian di Tana Toraja kita mengenal tradisi “Rambu Solo” yang merupakan upacara pemakaman kedua dalam kepercayaan Suku Toraja yaitu Aluk Todolo.

Comments

Popular Posts